Menurut
Al-Qur’an, ternyata pergerakan Matahari itu dikatakan (cukup) beredar saja dan
tidak menyebut salah satu dari jenis pergerakan yang selama ini kita kenal,
yakni Heliosentris atau Geosentris, atau teori modern sekalipun. Mengapa
Al-Qur’an bersikap demikian..? Inilah rahasia Allah yang menjadikan nilai-nilai
dalam Al-Qur’an itu benar-benar mukjizat…
Inilah kelanjutan dari tulisan
yang pernah saya posting di awal 2013, Pergerakan Sang Surya.
Dari hasil penelusuran yang saya lakukan di perpustakaan, ternyata hasilnya
seperti dalam abstrak di bawah ini:
Al-Qur’ân merupakan dasar
pertama dan utama yang berisi informasi dan petunjuk yang mengarahkan manusia
ke pemahaman yang benar termasuk di dalamnya pemahaman tentang pergerakan
Matahari. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui apa konsep
pergerakan Matahari menurut Al-Qur’ân. Penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan (library research) dengan sumber utama Al-Qur’ān dan beberapa kitab
tafsir yakni karya : Al-Thobarî, Ibn Katsîr, Al-Zamakhsyarî, Fakhruddin
Al-Rāzî, Thanthawî Jauharî (Al-Jawāhir), Muhammad Quraish Shihāb (Al-Mishbāh),
dan Kementerian Agama RI (Al-Qurān dan Tafsirnya). Metode pemahaman yang
dipakai adalah metode tematik (metode mawdhû’i). Kesimpulan yang penulis
peroleh adalah sebagai berikut : (1). Konsep Pergerakan Matahari menurut
Al-Qur’ân adalah Matahari bergerak atau beredar pada tempat peredarannya. Pergerakan
ini serupa seperti peredaran Bulan yang akan kembali ke tempat permulaannya
setelah melakukan satu kali peredaran. (2). Konsep Pergerakan Matahari menurut
Al-Qur’ân adalah Matahari tidak disebutkan bergerak/beredar mengelilingi atau
dikelilingi oleh Bumi. Hal ini akan memberikan jaminan kepastian kepada
otentisitas kitab suci Al-Qur’an, dimana penemuan ilmiah manusia kapan dan
dimana pun tentang Pergerakan Matahari tetap tidak akan mempengaruhi makna yang
tertuang dari Al-Qur’ân. (3). Pergerakan Matahari menurut Al-Qur’ân memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia sehingga kehidupan ini dapat terus berlangsung.
Karena bila Matahari diam, maka perubahan musim di Bumi tidak akan ada dan
kehidupan di Bumi akan lebih cepat punah. (4). Pemahaman terhadap Pergerakan
Matahari juga memberikan manfaat bagi ummat Islam untuk kepentingan ibadah
mahdloh yakni penentuan awal waktu salat, arah kiblat, penyusunan taqwim dan
kemunculan gerhana Matahari dan Bulan. Sebagai
seorang muslim, wajib beriman kepada kebenaran Al-Qur’ân yang diturunkan Allah
sebagai petunjuk bagi manusia. Al-Qur’ân sebagai petunjuk manusia
meskipun mengajak menusia untuk berfikir dan merenungkan tentang alam akan
tetapi tidak secara real memberikan pengetahuan yang lebih rinci dan detail
tentang bagaimana alam berperilaku mengikuti sunnatullah
sebagaimana disiplin ilmu sains, karena memang Al-Qur’ân bukan kitab sains. Oleh
karena itu konsep pemahaman Pergerakan Matahari harus berdasarkan keyakinan
terhadap kebenaran Al-Qur’ân yang mutlak sifatnya. Dalam konteks ini, pemahaman
bahwa Matahari mengelilingi Bumi berdasarkan fakta dan realita pengalaman
manusia sehari-hari dimana saat pagi hari matahari terbit dari timur dan
tenggelam di ufuk barat saat senja hari tetap tidak sesuai dengan pernyataan
yang sudah qath’i di dalam kitab suci
Al-Qur’ân. Begitu pula menurut perspektif yang lain, dimana dengan adanya
perkembangan teknologi pesawat luar angkasa yang mampu menembus atmosfer Bumi
dan menempatkan teleskop di luar angkasa, kemudian dipahami bahwa Bumi
mengelilingi Matahari pun tidaklah tepat dan tidak sesuai dengan ketetapan yang
sudah qath’i dari Allah. Berdasarkan pada kajian
terhadap ayat-ayat Pergerakan Matahari dan juga pembahasan kitab-kitab tafsir
(ilmiah) seperti dalam abstrak di atas, maka saya berpendapat bahwa
Paradigma berfikir yang tidak mengacu kapada realita empirik dan fakta sains
terkait dengan pemahaman Pergerakan Matahari adalah tidak salah; karena justru dengan mengacu kepada sumber
yang paling syar’i, yakni kitab suci Al-Qur’ân,
kebenaran akan tetap terjaga hingga akhir zaman. Kebenaran yang disampaikan
Allah dalam Al-Qur’ân sudah terbukti tidak lapuk oleh perjalanan waktu. Di saat
manusia meyakini bahwa Bumi menjadi pusat pergerakan dan Matahari bergerak
mengitarinya (teori geosentris),
Al-Qur’ân tidak serta merta dapat disalahkan karena memang di dalam Al-Qur’ân
telah termaktub bahwa Matahari melakukan pergerakan dan tidak diam di tempat. Di
saat manusia meyakini bahwa ternyata yang sesuai ilmu pengetahuan yang paling
mutakhir (sains modern) adalah Bumi bergerak mengitari Matahari (teoriheliosentris), Al-Qur’ân juga tidak serta merta dapat
disalahkan, karena di dalam Al-Qur’ân tidak termaktub bahwa Matahari dikitari
oleh Bumi. Allah sengaja tidak mencantumkan penyebutan secara eksplisit perihal
pergerakan Matahari agar keabsahan nilai-nilai yang terkadung di dalam
Al-Qur’ân tidak terpengaruh oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban manusia yang sangat tentatif. Inilah kebenaran yang dibawa Al-Qur’ân,
dan hanya Allah SWT yang mampu melakukan hal semacam ini. Inilah salah satu nilai
kemukjizatan kitab suci Al-Qur’ân dari sisi metode penyampaian kepada ummat
manusia.
Oleh : AR Sugeng
Riyadi (MA PP Asssalam Solo)
Tidak ada komentar: